Part 5 :
Sudah hampir setengah jam Arta menunggu Avin ditoko buku. Memang hari minggu itu mereka berdua berencana mencari buku Biologi untuk tugas sekolah. Dan tiba-tiba ponsel merah Arta berbunyi, kemudian Arta melirik keponselnya yang ternyata ada pesan masuk. Arta pun membaca pesan itu dengan mendesah kesal, ‘Kalau misalnya tidak bisa datang, seharusnya kau mengabariku sejak tadi sehingga aku tidak perlu menunggu lama seperti ini!’.
Setelah itu Arta ingin memutuskan untuk pulang kerumah. Tetapi ada sesuatu mendorong dirinya untuk masuk kedalam toko buku tersebut. Arta pun menuruti langkah kakinya dan mulai berjalan melewati rak-rak buku. Sampai ada suatu buku yang membuatnya tertarik, kemudian Arta berusaha meraihnya karena buku tersebut berada dibagian rak yang agak tinggi.
Tak disangka tiba-tiba ada tangan lain yang terlihat sedang membantunya untuk mengambil buku tersebut. Tangan itu berhasil mengambil buku tersebut dan memberikannya kepada Arta.
Arta pun menoleh bermaksud untuk berterima kasih. Namun kini dia menjadi kaku karena terkejut setelah dirinya tau siapa orang yang telah membantu mengambilkan buku tersebut untuknya.
‘Kak Reiko!’, ucap Arta tak percaya. Lalu Arta memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya berusaha memperkirakan kalau ini hanya khayalannya. Dan setelah Arta membuka matanya kembali. Semuanya pun memang nyata. Arta pun menarik napas pelan dan mulai mengucapkan kata terima kasih sambil tersenyum.
Reiko pun memandang sikap adik kelasnya itu dengan bingung. ‘Iya sama-sama’.
Arta berusaha tenang lalu dirinya mulai memberanikan diri untuk berbicara, ‘kak Reiko masih ingat aku?’. Dirinya menunggu jawaban Reiko dengan imajinasinya yang tiba-tiba datang. Kalau misalnya kak Reiko lupa pada dirinya setidaknya Arta masih punya alasan bahwa dirinya adalah sahabatnya Avin yang pernah dikenalkannya pada kak Reiko tiga hari yang lalu.
‘Hmm, kau temannya Avin kan?’, kata Reiko dengan gayanya yang santai.
‘Syukurlah ternyata kak Reiko masih mengingatku, jadi aku tidak perlu susah-susah menggunakan alasan konyol itu’ ,pikir Arta dalam hati sambil menghembuskan napas tegangnya.
‘Wah ternyata kakak masih ingat padaku’ ,balas Arta dengan riang.
Reiko membetulkan letak kacamatanya sambil berbicara, ‘Aku tipikal orang yang tidak mudah lupa, ngomong-ngomong kau tidak bersama Avin kesini?’.
Arta menggeleng sambil mendengus agak kesal kemudiam menceritakan tentang hal yang membuatnya kesal hari ini kepada Reiko, ‘Memang hari ini aku dan Avin berencana pergi kesini untuk mencari buku biologi untuk tugas sekolah, tetapi ternyata Avin ada keperluan mendadak yaitu menemani mamanya pergi keluar kota untuk beberapa hari kedepan, padahal aku sudah menunggu disini hampir setengah jam lamanya’.
Melihat sikap marah-marah Arta yang galak namun terkesan lucu. Reiko pun menahan tawanya lalu berkata, ‘Sudah, kau jangan kesal lagi, jika kau tidak keberatan aku bisa membantumu mencarikan buku yang kau perlukan’.
Napas Arta terhenti sebentar, dirinya masih terdiam tak percaya. Apa mungkin dirinya salah dengar tentang pernyataan tadi, tapi itu nyata. Dan sekarang dirinya ingin sekali pingsan karena menahan perasaannya yang bercampur aduk. Tetapi Arta cepat-cepat menyadarkan dirinya karena dia tidak ingin kak Reiko mengetahui apa yang ada dipikirannya sekarang.
Tanpa pikiran panjang lagi, Arta menjawab dengan semangat, ‘Wah aku sangat senang sekali jika kakak mau membantuku’.
Lalu Arta dan Reiko menghabiskan hari minggu mereka untuk mencari buku atau sekedar mengobrol-ngobol ringan tentang cerita mereka masing-masing. Tanpa sadar Arta telah menjadi teman ngobrol yang seru bagi Reiko dan begitu juga sebaliknya.
To be continue ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar