Part 2 :
Ada apa ini, tiba-tiba Arta melupakan rasa kesal dan kekurang semangatannya itu. Arta baru saja akan menaruh ponsel kedalam tas ketika ada sesuatu yang membuatnya tertarik atau semacamnya. Arta mendongak dan melihat kearahnya. Ia tidak melihat Arta karena dia sedang memandang kearah lapangan dengan tatapannya yang lurus. Arta telah berusaha untuk tidak menghiraukannya, tapi sepertinya ada sesuatu yang mendorong dirinya untuk penasaran. Dalam hati, Arta merasa telah mengenalnya tetapi mengapa otaknya berkata lain. Arta mencoba mengingat-ingat, tetapi hasilnya nihil. Dirinya tetap saja dirinya tidak menemukan petunjuk apa-apa, benar-benar buntu.
Wajahnya terlihat samar-samar yang dilihat dari kejauhan tempat Arta sekarang berdiri. Sinar matahari yang menutupi wajah laki-laki itu semakin membuatnya terkesan misterius. Dengan tangan kirinya yang dimasukkan kedalam saku celana serta earphone yang tergantung dikedua telinganya. Dan tatapannya yang dingin dialihkan kearah buku yang dipegangnya sedari tadi.
Sinar matahari.. tatapannya yang dingin.. sikapnya yang terlihat cuek..
‘Semua itu benar-benar perpaduan yang menarik dan unik. Aku bersumpah, aku tidak akan menyesal dibangunkan mama lebih pagi hari ini’, batin Arta.
‘Pikiran konyol apa yang tiba-tiba menyerang otak malangku ini. Aku harus berpikir seribu kali lebih cepat supaya hal-hal yang diluar akal sehat tidak terjadi. Kalau misalnya aku menyapanya sekarang, dia pasti akan heran melihat ada seorang adik kelas yang sok kenal padanya, lalu tiba-tiba datang teman-temannya yang kemudian menyindirku yang mengira aku si adik kelas ingusan berani-berani mendekati kakak kelasnya sendiri. Lalu mereka mentertawakanku dengan pikiran mereka yang tidak-tidak. Kemudian si dia juga akan ikut-ikutan berpikir yang bukan-bukan tentang adik kelasnya ini. TIDAK!!, itu tidak akan pernah terjadi sekarang atau selamanya’, pikir Arta dengan pikiran konyolnya.
Arta pun mendengus pasrah dan hanya bisa menunggu keajaiban yang nyata datang.
‘Arta !!’, panggil seseorang dibelakangnya. Arta pun kaget dan langsung mengubur pikiran-pikiran aneh itu, kemudian mengalihkan pandangan dan melambai kearah suara yang memanggil namanya.
‘Avin, ayo kita kekelas sekarang’, kata Arta. ‘Tidak ada gunanya hanya berdiam diri disini’.
Avin menatap sahabatnya itu dengan tatapan bingung. ‘Yang berdiam diri disini itu siapa?’.
To be continue ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar